Hari Pancasila diperingati setiap 1 Juni. Jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila di era globalisasi.
Hasilnya, sebanyak 34,5% responden menilai bahwa pengaruh teknologi dan media sosial menjadi hambatan terbesar dalam penerapan nilai Pancasila. Ini merujuk pada penyebaran hoaks maupun ujaran kebencian yang dapat mengancam persatuan bangsa.
"Semakin mudah dan terbukanya akses informasi, semakin cepat dan besar pula potensi masuknya disinformasi yang dapat menyebabkan polarisasi sosial hingga menimbulkan konflik," tulis Peneliti Litbang Kompas dalam laporannya, Senin (2/6/2025).
Tantangan berikutnya adalah penyimpangan kekuasaan dan praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang disuarakan oleh 34,3% responden. Diikuti 30,6% yang menilai minimnya pemahaman dan pendidikan Pancasila terutama di kalangan generasi muda.
"Temuan ini mengonfirmasi ada krisis literasi ideologi di kalangan generasi muda. Penguatan pendidikan Pancasila di semua level pendidikan pun menjadi keniscayaan," tulis Peneliti Litbang Kompas.
Lalu pengaruh serangan budaya asing yang mendegradasi pengalaman nilai-nilai Pancasila menjadi hambatan bagi 26,6%.
Adapun yang menilai bahwa munculnya sikap individualisme (21,3%), lahirnya ideologi baru di tengah masyarakat modern (14,6%), serta perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila (11,6%) merupakan tantangan dalam penerapan nilai Pancasila di era globalisasi.
Survei ini melibatkan 514 responden dari 58 kota di 38 provinsi yang dipilih secara acak, sesuai proporsi penduduk di setiap provinsi. Pertanyaan survei menggunakan pilihan multiple answer, sehingga responden dapat memilih lebih dari satu jawaban.
Pengambilan data dilakukan pada 19-22 Mei 2025 melalui wawancara telepon. Toleransi kesalahan survei (margin of error) sekitar 4,25% dan tingkat kepercayaan 95%, dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
(Baca juga: Hari Kebangkitan Nasional, Apa yang Masih Jadi Hambatan di Indonesia?)